A. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif
Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Siswono (Ruggiero, 1998) mengartikan berpikir sebagai suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan (fulfill a desire to understand). Pendapat ini menunjukkan bahwa ketika seseorang merumuskan suatu masalah, memecahkan masalah, ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia melakukan suatu aktivitas berpikir. |
Siswono menambahkan bahwa berpikir kritis dan berpikir kreatif merupakan perwujudan dari berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). Berpikir kritis dapat dipandang sebagai kemampuan berpikir siswa untuk membandingkan dua atau lebih informasi, misalkan informasi yang diterima dari luar dengan informasi yang dimiliki. Bila terdapat perbedaan atau persamaan, maka ia akan mengajukan pertanyaan atau komentar dengan tujuan untuk mendapatkan penjelasan. Berpikir kritis sering dikaitkan dengan berpikir kreatif.
Rukmana (2012:19) mengartikan kemampuan berpikir kreatif sebagai kemampuan berpikir yang dikembangkan oleh otak kanan. Kemampuan ini berkenaan dengan kemampuan menghasilkan atau mengembangkan sesuatu yang baru, yaitu sesuatu yang tidak biasa yang berbeda dari ide-ide yang dihasilkan kebanyakan orang.
Sebagaimana dikemukakan Amasari (Suryadi dan Herman, 2008: 23), berpikir kreatif merupakan suatu proses berpikir untuk mengungkapkan hubungan-hubungan baru, melihat sesuatu dari sudut pandang baru dan membentuk kombinasi baru dari dua konsep atau lebih yang sudah dikuasai sebelumnya.
B. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif
Berdasarkan analisis faktor, Guilford (Amasari, 1994: 7) menemukan bahwa ada lima sifat yang menjadi ciri berpikir kreatif, yaitu:
1) Kelancaran (fluency), merupakan kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan
2) Keluwesan (flexibility), merupakan kemampuan untuk mengemukakan beberapa pemecahan atau pendekatan terhadap masalah
3) Keaslian (originality), orisinalitas adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise
4) Penguraian (elaboration), elaborasi adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terinci
5) Perumusan kembali (redefinition), redefinisi adalah kemampuan untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah diketahui oleh banyak orang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir yang dengan berdasarkan data dan informasi yang tersedia dapat menentukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban.
C. Tahapan Dalam Berpikir Kreatif
Dalam berpikir kreatif terdapat tahap-tahap yang dilalui, mulai dari persiapan sampai diperoleh hasil pemikiran. Menurut Rawlinson (Bachtiar, 2010), berpikir kreatif melewati tahapan sebagai berikut::
- Tahap persiapan, yaitu tahapan untuk memperoleh fakta tentang persoalan yang akan dipecahkan (pengumpulan informasi atau data);
- Tahap usaha, yaitu tahap dimana individu menerapkan cara berpikir divergen (menyebar). Pada tahap ini diperlukan usaha yang sadar untuk memisahkan produksi ide dari evaluasi ide dengan menunda lebih dahulu adanya penilaian terhadap ide-ide;
- Tahap inkubasi, yaitu tahap dimana individu seakan-akan meningglkan (melepaskan diri) dari persoalan dan memasukkannya ke alam bawah sadar (menyeraminya), sedangkan kesadarannya memikirkan hal-hal yang lain;
- Tahap pengertian, yaitu tahap diperolehnya insight atau yang bisa disebut alia erlibnis, ciri khas dari tahap ini adalah adanya sinar penerangan (iluminasi) yang mendadak menyadarkan orang akan ditemukannya jawaban
- Tahap evaluasi, yaitu ide-ide yang dihasilkan diperiksa dengan teliti serta dengan kritis memisahkan ide-ide yang kurang berguna, tidak sesuai ataupun yang terlalu mahal biayanya bila dilaksanakan.
D. Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Hurlock (Sofyanudin, 2010 : 101) mengemukakan bahwa beberapa orang memang percaya bahwa kreativitas dapat berkembang secara otomatis, bahkan tidak perlu rangsangan lingkungan atau kondisi lingkungan yang favorabel.
Namun Traffener (Sofyanudin, 2010 : 101) menambahkan sebagian besar meyakini bahwa semua anak memiliki potensi kreativitas, walaupun kemampuan berbeda tingkat kualitasnya. Seperti juga kemampuan potensial lainnya, kemampuan ini dapat berkembang secara optimal apabila diberikan perlakuan yang sesuai.
Beberapa aktivitas yang dapat mendorong keterampilan berpikir kreatif diantaranya adalah:
- Membuat ide yang berkaitan dengan materi yang dibahas. Menghubungkan yaitu membuat hubungan dalam suatu kondisi atau peristiwa yang untuk mencari suatu struktur atau pola;
- Membuat inferens atau kesimpulan yaitu kemampuan untuk membuat kesimpulan sementara yang bisa benar atau salah dalam melihat suatu permasalahan;
- Memprediksikan yaitu membuat perkiraan tentang suatu peristiwa berdasarkan pengamatan, data dan pengalaman;
- Membuat gambaran mental atau membuat peta pemikiran terhadap suatu peristiwa, konsep maupun gagasan;
- Mensisntesiskan yaitu menggabungkan unsur yang berlainan untuk menghasilkan suatu gambaran atau pola dalam bentuk pernyataan atau bentuk konkrit lainnya;
- Membuat hipotesis yaitu membuat suatu pernyataan umum tentang hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat untuk menjelaskan suatu ide atau perkara, dimana hipotesis ini perlu diuji untuk menguji kebenarannya;
- Mereka cipta yaitu menghasilkan sesuatu yang baru atau melakukan perubahan terhadap ide yang telah ada dalam menyelesaikan masalah.
Penelitian menunjukkan bahwa perkembangan optimal dari kemampuan berpikir kreatif berhubungan erat dengan cara mengajar. Dalam suasana non otoriter, ketika belajar atas prakarsa sendiri dapat berkembang, karena guru menaruh kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk berpikir dan berani mengemukakan gagasan baru dan ketika anak diberi kesempatan untuk bekerja sesuai dengan minat dan kebutuhannya, dalam suasana inilah kemampuan kreatif dapat tumbuh dengan subur (Munandar, 2012 : 12).
Dari penjelasan diatas pada dasarnya bahwa salah satu fungsi guru adalah sebagai pendidik. Menurut Purwanto (2007:15), mendidik ialah memimpin anak. Lebih lanjut Purwanto menegaskan bahwa mendidik adalah memimpin perkembangan anak, dan bukan membentuk anak. Dengan demikian pendidikan disebut pimpinan karena dengan perkataan ini tersimpul arti bahwa si anak aktif sendiri, memperkembangkan sendiri, tumbuh sendiri, tetapi di dalam keaktifannya itu ia harus dibantu, dipimpin. Oleh karena itu guru berperan penting dalam memimpin memunculkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Daftar Pustaka:
Amasari, FH (2011). Upaya meningkatkan kemampuan Berfikir Kritis dan Kreatif Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran (AP) SMK Negeri 1 Depok pada pembelajaran Matematika dengan metode Problem Posing tipe Presolution Posing. Skripsi. Yogyakarta. Program Sarjana S-1. Universitas Negeri Yogyakarta : Tidak diterbitkan
Bachtiar Hasan dan Setiadji (2010). Cara Praktis Membangun Wirausaha. Bandung: Pustaka Ramadhan
Munandar, U (2012). Mengembangkan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
Rukmana, D (2012). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa. Skripsi. Subang. Program Sarjana S-1. STKIP Subang : Tidak diterbitkan
Siswono, T (2009). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa, [Online]. Tersedia: http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/ [20 Maret 2013, 18.45]
Sofyanudin, A (2010). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Purwakarta: UPI Purwakarta
Kak Hady Berbagi
Judul : Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
URL :
Diposkan oleh : Kang Hady
Pada : Minggu, 19 Januari 2014.
Pukul : 06:30
Label/kategori : Ilmu Pendidikan
Bagikan ke : Facebook | Google+ | Twitter | Digg
2. Saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca semua. Untuk itu silakan berkomentar pada setiap postingan blog ini;
3. Setiap komentar yang anda berikan adalah masukan bagi saya agar blog ini lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar